Manajemen Usaha Perjalanan

Just another WordPress.com weblog

Sekilas Mengenai Akademi Pariwisata Medan Maret 15, 2010

Filed under: TOP News — Manajemen Usaha Perjalanan @ 4:45 am
Tags:

Akademi Pariwisata Medan merupakan salah satu sekolah kedinasan di bawah naungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Lokasi :

Lokasi Akademi Pariwisata Medan adalah di Jalan Rumah Sakit Haji No. 12, daerah Pancing, Kota Medan. Kode Pos : 20371

Aksesibilitas :

Lokasi Akademi Pariwisata Medan merupakan lokasi yang sangat cocok untuk kegiatan pendidikan karena jauh dari kebisingan kota.

Walaupun begitu, lokasi Akpar Medan tetaplah strategis. Akpar-Medan berbatasan langsung dengan kampus UNIMED dan Rumah Sakit Haji.

Untuk mencapai lokasi AKPAR-Medan dengan angkutan umum, Angkot merah 42 dan 121 adalah pilihannya.

Akademik

Akademi Pariwisata Medan memiliki 2 jurusan utama, yaitu manajemen perhotelan dan manajemen kepariwisataan.

Manajemen perhotelan membawahi program studi tata hidang, tata boga dan room division.

Manajemen kepariwisataan membidangi program studi perencanaan dan pemasaran pariwisata serta program studi usaha perjalanan wisata.

Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Tenaga pendidik di Akademi Pariwisata Medan merupakan tenaga fungsional, yang terdiri atas dosen dan staf pengajar.  Standar minimal pendidikan dosen adalah S2. Sedangkan staf pengajar di Akademi Pariwisata Medan hampir 90% saat ini sedang mengenyam pendidikan S2 untuk memperoleh gelar akademik dosen.

Tenaga Kependidikan di Akpar Medan adalah karyawan-karyawan yang berstatus struktural dan bertugas membantu pergerakan organisasi Akpar Medan. Seperti bagian Tata Usaha, Kepegawaian, Keuangan dan lain-lain.

 

Vihara Budha Maitreya-Medan Maret 8, 2010

Filed under: TOP News — Manajemen Usaha Perjalanan @ 9:02 am
Tags:

Nama Vihara Budha Maitreya mungkin bukan sebuah nama yang asing, walaupun Anda bukanlah seseorang yang memeluk agama Budha. Di Surabaya dan di Bali, terdapat vihara dengan nama yang sama “Vihara Budha Maitreya”. Namun yang akan penulis bahas kali ini adalah Vihara Budha Maitreya di Kota Medan.

Budha Maitreya merupakan salah satu tokoh dewa yang populer di kalangan umat Budha. Budah dengan wajah ceria ini disebut juga Laughing God atau Budha Tertawa.  Budha ini menampilkan sosok yang selalu bersuka cita, ceria, tertawa dan membawa berkah. Senyuman kasih dari wajah Budha ini disukai oleh semua umat, tanpa memandang ras, suku bahkan agama. Oleh sebab itu, Budha Maitreya disebut juga Universal God.

Secara harfiah, Maitreya berasal dari bahasa sansekerta, yang bermakna KASIH. Oleh sebab itu, Budha ini selalu dikaitkan dengan kedamaian, ketentraman, kebahagiaan, suka cita dan harapan yang cemerlang bagi masa depan umat.

Vihara Budha Maitreya ini berlokasi di perumahan Cemara, di pusat kota Medan. Kompleks perumahan Cemara ini terkenal sebagai salah satu pemukiman elit dan pilihan utama masyarakat keturunan Tionghoa untuk tinggal.

Di pintu gerbang utama, vihara ini menampilkan 4 barongsai putih di terasnya. Barongsai dikenal sebagai salah satu icon utama kebudayaan China yang terkenal. Di setiap perayaan Imlek atau perayaan China lainnya, atraksi Barongsai selalu dihadirkan.

Barongsai, sebagai simbol dari binatang Singa yang berani, dipercayai memiliki kekuatan mistis dan magis yang dapat mengusir roh atau spirit jahat serta membawa keberuntungan, kemakmuran, kebahagiaan dan kedamaian. Barongsai tidak hanya berfungsi sebagai media seni hiburan saja, tetapi merupakan juga sebuah bentuk spritual dalam mengekspresikan semangat, harapan, optimisme , keberanian dan persatuan.

Singa sebenarnya bukanlah binatang asli dari habitat negeri Tiongkok. Tetapi menurut sejarahnya sejak jaman Han Dinasti (206 BC- 220 AD ), Tiongkok sudah mempunyai hubungan perdagangan, budaya dan diplomatik dengan negara-negara lain di Asia Tengah dan Barat melalui jalur sutera, seperti salah satunya dengan Persia (Dinasti Sasanian).

Dikisahkan duta/utusan atau pedagang dari Persia mengirim atau menghadiahkan beberapa Singa ke Tiongkok, Tiongkok mengagumi binatang tersebut, akhirnya dalam perjalanan waktu, singa diadopsi kedalam tradisi budayanya serta masuk kedalam alam imajinasi rakyat Tiongkok, sehingga citra singa menjadi seperti binatang mistik lainnya seperti naga dan lainnya. Singa sejak itu melambangkan keberanian, kekuatan, kepercayaan diri dan

keberuntungan serta menjadi salah satu binatang yang dimuliakan.

Sebutan istilah Singa, “Shi” di Tiongkok hampir serupa dengan sebutan “Shir” dalam bahasa Persia, dan “Singh” di India (seperti orang Sikh yang menggunakan nama ini).

Singa sudah sejak 3000 tahun yang lalu di Mesopotamia sudah menjadi
simbol kekuasaan dan kepercayaan agama (religious might) demikian
juga di Persia dan India yang mendapatkan pengaruh dari Timur Tengah
dan Mesopotamia. Pada situs Buddha di Gua Dunhuang, Gansu, ditemukan
sebuah brokat yang menampilkan gambar Singa pada kaki Buddha Sakyamuni. Singa juga digunakan sebagai kendaraan Bodhisattva
Samantabhadra (Chinese Ornament, Jessica Rowen).

Selain Barongsai putih, di bagian teras vihara ini kita akan menemukan banyak relief  timbul berbentuk naga pada dinding dan 8 tiang utama di teras. Naga merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan bangsa China. Hal ini dapat dilihat dari budaya China yang hampir semuanya berhubungan dengan hewan legenda ini. Sebaliknya, para peneliti telah lama meyakini bahwa naga hanyalah merupakan mahkluk khayalan semata yang hanya hadir dalam legenda-legenda klasik.

Dalam bingkai ilmu pengetahuan, naga merupakan reptil yang hidup di samudra pada masa Triasik sekitar 200 juta tahun yang lalu. Naga merupakan makhluk amfibi, ia banyak menghabiskan waktunya di air dan terkadang berjalan ke daratan.

Naga merupakan legenda yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan masyarakat China. Hewan dari masa lalu ini, sering hadir dalam kisah-kisah masa lalu China dan dianggap sebagai makhluk yang istimewa. Orang Mandarin juga meyakini bahwa mereka adalah titisan dari naga.

Arsitektur vihara juga banyak didominasi wara merah, jingga dan kuning. Hal ini diadaptasi juga dari kebudayaan China yang mempercayai bahwa warna-warna tersebut membawa keberuntungan, kejayaan dan memberi efek gembira.

Ornamen-ornamen khas Oriental juga tidak ketinggalan memberi nilai tambah kekhasan bangunan Vihara Budha Maitreya ini. Selain ornamen dinding dan patung-patung, ornamen di atap juga sangat menarik. Ciri atap China yang meliuk dan unik dapat kita temukan di Vihara ini.

Pernak-pernik lain juga menambah keunikan tersendiri vihara yang satu ini. Jika mengunjungi Vihara Budha Maitreya Medan ini ketika menjelang atau saat Imlek baru saja berakhir, maka pengurus vihara akan menghias Vihara dengan pohon-pohon sakura yang bunganya tengah bermekaran, warna merah muda keputihan dari pohon ini tampak begitu serasi dengan warna merah yang mendominasi vihara ini. Pohon sakura adalah simbol musim semi, karena Imlek merupakan perayaan tahun baru yang masanya bertepatan dengan musim semi.

Masih di bagian teras, terdapat patung Budha Maitreya, berwarna coklat dan terbuat dari kayu. Di depan patung berjejer tempat sembahyang yang disusun dengan rapi. Terdapat juga tempat dupa yang berbentuk seperti gentong berwarna coklat. Pada teras ini, terdapat lemari kayu kecil berisi katalog dan brosur informasi dan doa yang boleh diambil oleh pengunjung secara cuma-cuma.

Vihara Budha Maitreya ini terdiri atas 4 lantai. Lantai 1 terdiri atas sebuah hall besar dengan 3 patung Budha, tempat bermain anak, kantor informasi umum, restaurant, lobi dengan sofa-sofa yang nyaman.

Di lantai 2, terdapat tempat sembahyang untuk menghormati para pemuka agama Budha.

Di lantai 3, terdapat tempat ibadah yang sangat besar (kabarnya mampu menampung lebih dari 2ooo jemaah). Selain itu pada lantai yang sama juga terdapat sebuah aula besar dan megah dengan kapasitas 2.500 orang. Aula ini dapat disewakan secara komersial. Sebutannya adalah Sky Convention Hall.

Karakteristik fisik Budha Maitreya adalah :

Wajah Tersenyum Kasih – Wajah senyum Buddha Maitreya penuh dengan kasih sayang. Baik tua-muda, pria-wanita, atau agama dan bangsa apapun akan ikut tersenyum secara spontan ketika memandang pratima Buddha Maitreya tersebut. Semua makhluk berbahagia!

Daun Telinga Panjang – Buddha Maitreya maha penyayang, mampu memahami dan menghayati semua bahasa, bahkan diriNya dimarahi dan dicerca, Beliau tidak pernah marah.

Perut yang Besar dan Bulat – Buddha Maitreya maha pengasih, menampung segala masalah dunia. Buddha Maitreya senantiasa memaklumi semua golongan manusia tanpa diskriminasi.

Dada yang Lapang – melambangkan jiwa polos, tulus dan jujur Buddha Maitreya Dalam hatiNya, semua makhluk sama rata dan tiada diskriminasi.

Kantong Maitreya – melambangkan Maha Kasih dan Dharma Agung Buddha Maitreya yang tiada tara. KantongNya mampu menampung segala pusaka di jagat raya, mampu membawa kebahagiaan dan masa depan yang gemilang bagi umat manusia, serta mengakhiri kekacauan dunia.

Penampilan Yang Polos – Tampaknya polos lugu, sebenarnya merupakan cinta kasih dan kearifan Buddha Maitreya yang tak terhingga. Lugu polos merupakan metode terbaik untuk mengatasi berbagai masalah, pertikaian, perdebatan dan perbedaan. Dengan Maha KasihNya, Belaiu berperilaku seperti orang lugu. Buddha Maitreya menyebut diriNya Buddha Lugu. Buddha Maitreya dengan sikap yang tidak membeda-bedakan, tidak bertikai dan menuntut, berusaha sepenuh hati membantu orang lain meraih keberhasilan tanpa pamrih. Beliau tidak hanya menyelesaikan segala pertikaian umat manusia, tetapi Beliau juga menuntun umat manusia memancarkan kecemerlangan hati nuraninya, mewujudkan dunia sukawati di muka bumi ini.

Budha Maitreya terkenal dengan ikrarnya yang berisi 3 point, yaitu :

  1. Merubah dunia yang penuh kekacauan menjadi Dunia Masyarakat Madani.
  2. Merubah dunia yang penuh kekotoran menjadi Bumi Suci.
  3. Merubah dunia yang penuh kejahatan dan diskriminasi menjadi Dunia Nirwana.

Fasilitas lengkap menambah nilai plus vihara ini. Selain itu, excellent service untuk tamu juga diutamakan. Jadi jangan ragu untuk meminta assistensi, karena dengan senang hati pengurus akan menemani Anda untuk memberikan informasi seputar Vihara Budha Maitreya sambil berkeliling.

 

Hello world!

Filed under: Program MUP — Manajemen Usaha Perjalanan @ 5:15 am

Hello World . . . . . .

Salam hangat untuk seluruh insan pariwisata . . .

Dengan mengucap syukur kepada-Nya, akhirnya program studi Manajemen Usaha Perjalanan -Akademi Pariwisata Medan berhasil membuat sebuah blog. Blog ini diharapkan dapat menjadi wadah yang bermanfaat bagi mahasiswa/peserta didik, alumni, pihak DU/DI, serta pihak-pihak lain yang tidak dibatasi.

Ibarat pepatah, “Tiada gading yang tak retak” maka kami menyadari masih banyak kesalahan yang perlu diperbaiki pada program studi Manajemen Usaha Perjalanan – Akademi Pariwisata Medan. Oleh sebab itu, diharapkan blog ini akan menjadi wadah untukk kritik dan saran yang membangun yang dapat memberi dampak positif bagi iklim pendidikan di Akademi Pariwisata Medan, khususnya program studi Manajemen Usaha Perjalanan.

Akhir kata, enjoy it !!!!!

Majukan Pariwisata Nasional

"Logo Akpar Medan"

"Logo Akpar Medan"